PUPUTAN BADUNG
Tahun 1906, Pemerintah Hindia Belanda membentuk pasukan besar, setelah penjajah tidak berhasil mengembargo kerajaan Badung Bali secara ekonomi. Dan melakukan invasi militer sehingga I Gusti Made Agung atau dikenal sebagai Raja Badung VII memilih untuk berperang melawan pasukan Belanda tersebut hingga gugur di medan pertempuran pada tahun1906. Dan, pertempuran ini kemudian dikenal dengan nama Puputan Badung. Perang ini menelan 7000 korban jiwa.
I Gusti Made Agung |
B. KARYA SASTRA
Pada awalnya perjuangan I Gusti Made Agung dilakukan melalui karya-karya satranya yang hingga saat ini masih ada, dan tersimpan baik. Melalui karya-karya sastranya I Gusti Made Agung kemudian membangkitkan semangat perjuangan masyarat Bali untuk melawan penjajahan
Selain seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung juga dikenal sebagai penyuka sastrawan. Karya yang ditulisnya di antaranya:
- Geguritan Dharma Sasana
- Geguritan Niti Raja Sasana
- Geguritan Nengah Jimbaran
- Kidung Loda
- Kakawin Atlas
- Geguritan Hredaya Sastra
- Geguritan Purwasengara.
C. GELAR PAHLAWAN NASIONAL
I Gusti Ngurah Made Agung gugur dalam Perang Puputan Badung melawan pasukan Belanda, tanggal 22 September 1906 dan mendapat gelar kehormatan Ida Betara Tjokorda Mantuk Ring Rana yang artinya raja yang gugur di medan perang.
Kepahlawanan I Gusti Ngurah Made Agung telah menginspirasi dan memotivasi dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan di Kota Denpasar. Apa yang telah oleh I Gusti Ngurah Made Agung telah memberikan dorongan semangat dan patriotisme untuk mengisi pembangunan.
I Gusti Ngurah Made Agung diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/2015 yang ditandangani 4 November 2015. Gelar tersebut diberikan pula kepada empat tokoh lainnya yakni: Alm Bernard Wilhem Lapian (Sulawesi Utara), Alm Mas Isman (Jawa Timur), Alm Komjen (Pol) Moehammad Jasin (Jawa Timur),dan Alm Ki Bagus Hadikusumo dari Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment